Kumpulan Cepen By Retno Wi


Selembar Uang 5000



Anak dalam gendongan Sri belum diam. Semakin Sri berusaha
menenangkannya, tangis anak itu semakin pecah. Sri mulai kuwalahan
untuk membujuknya.

“Cup-cup, Nak. Sebentar lagi Bapak datang.” Bujuk Sri sambil menimang-nimang dalam gendongan.

“Mungkin dia lapar, Sri.”

“Mungkin iya, Mbak.”

“Tadi anakmu sudah makan belum ?”

“Belum.”

“Kalau begitu cepat kasih dia makan.”

Sri tersenyum. Menelan ludah yang terasa kian hambar di lidah yang
sejak kemarin belum kemasukan makanan. Tawar dan getir adalah hiasan
hidupnya.


Hadiah Kejujuran



Firman masih terjaga. Ditemani jam weker dan segelas susu hangat yang
baru diantar ibunya. Mulutnya komat-kamit menghafal rumus matematika.
Kadang matanya terpejam, berharap rumus yang dihafal dapat melekat di
otak. Namun rasa kantuk yang kuat, sering mnghapus hafalannya. Harus
bisa! Tekadnya dalam hati. Firman tak rela gelar juara pertamanya
direbut oleh Andi untuk yang kedua kali. Apalagi ayahnya sudah berjanji
akan membelikan sepeda baru kalau ia berhasil merebut kembali juara
pertama.


Si Hitam Pemalas




Kukuruyuuu…uk!

Kukuruyuuu…uk!

Si Jago Putih berkokok keras. Suaranya memanjang, menembus butanya
pagi yang dingin. Gaungnya memanggil fajar yang sebentar lagi muncul
menggantikan gelap. Ini adalah tugasnya sehari-hari sebagai pimpinan
kandang. Berkokok menjelang fajar untuk membangunkan semua penghuni.
Suasana kandang yang senyap langsung riuh. Beberapa induk ayam mulai
membangunkan anak-anaknya.



Suatu Siang di Bunguras


Alhamdulillah, sampai juga di Bungurasih. Berarti sudah separo
perjalanan yang kutempuh. Bis yang kutumpangi berhenti di jalur dua
pemberhentian bis. Uff…hh!! Surabaya yang panas, sepanas orang-orang
yang mengerubutiku.

“Perlu tenaga, Mbak?” seorang penyedia jasa angkutan barang menawarkan
bantuan. Aku tolak dengan sopan sambil tersenyum. Aku tak ingin
penolakanku menimbulkan reaksi yang tidak menyenangkan darinya.
Ah,Surabaya tak pernah berubah. Bungurasih tak pernah sepi dari
manusia. Kupercepat langkah kakiku untuk menghindari buruan para calo
yang mencari penumpang. Sekaligus memperkecil resiko kecopetan.
Kabarnya terminal terbesar di Jawa Timur ini menjadi sarang para
pencopet.


Tabungan Rossi



Cring!

Cring!

Dua keping uang logam ditelan ayam.


Rosi mengangkat celengan ayamnya dengan sayang.

“Wah, sudah semakin berat. Berarti isinya semakin banyak. Ternyata
menabung itu benar-benar menyenangkan. Sebentar lagi aku bisa membeli
apa saja yang kuinginkan dengan uangku sendiri.” Rosi tersenyum senang.


Sumber :http://feeds.feedburner.com/co/fvzz

0 komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda